A Silent Voice (2016)
8/10 dari 1 reviewerTanggal rilis A Silent Voice: 17 September 2016 (Jepang)
Diangkat dari manga berjudul sama karya Yoshitoki Ouima, film anime A Silent Voice (Koe no Katachi) merupakan buah karya studio Kyoto Animation yang dikenal oleh keunggulan kualitas animasi-nya. Sebagaimana manga-nya, film ini masih menceritakan tentang Shoya Ishida, seorang anak bengal yang berusaha berteman dengan gadis bisu teman sekelasnya bernama Shouko Nishimiya.
Judul Film : A Silent Voice |
Kategori: Film Jepang |
Rumah Produksi: Kyoto Animation, Shochiku |
Genre: Drama, Anime Jepang |
Sutradara: Naoko Yamada |
Penulis Naskah: Yoshitoki Ouima (kreator), Reiko Yoshida (naskah) |
Penata Musik: Kensuke Ushio |
Soundtrack: AIKO |
Pemeran: Miyu Irino, Saori Hayami, Aoi Yuki, Kensho Ono, Yuki Kaneko, Yui Ishikawa, Megumi Han, Toshiyuki Toyonaga, Mayu Matsuoka |
Trailer A Silent Voice
Berita dan Artikel Terkait
Review A Silent Voice
Tulis Review Film Ini:
Animasi Oke, Ceritanya Enggak
Oleh Anna Muttaqiena 5 Mei 2017
Overall, A Silent Voice lumayan sesuai ekspektasi. Animasi, baik dari segi visual maupun sound menunjukkan salah satu performa terbaik studio KyoAni. Penuturan cerita, dari aspek serius dan bercanda pun proporsional. Hanya saja, tema yang diangkat dalam film ini memang lumayan berat, dan jalan ceritanya bukan tipe yang bisa diterima dengan mudah oleh semua kalangan.Masalah-masalah dalam cerita berawal dari masuknya Nishimiya, seorang gadis tuna rungu/tuna wicara di sebuah kelas di SD biasa (bukan kelas khusus siswa berkebutuhan khusus). Anak-anak lain menganggapnya mengganggu dan membebani kelas, sehingga dia di-bully. Masalahnya, bullying keterlaluan yang dipimpin oleh Ishida berujung hingga berdarah-darah. Ketika Ishida dikonfrontasi oleh gurunya sebagai aktor utama bullying, dia nggak terima dan menunjuk teman-teman sekelas lain yang sebenarnya juga ikut mengucilkan Nishimiya. Masalahnya, teman-teman Ishida setelah itu jadi berbalik mem-bully dia. Dan itulah yang membuatnya shock dan menjadi beban mental hingga masa SMA.
Di sini, perlu dicatat bahwa tokoh utama dalam film ini bukanlah Nishimiya. Bahkan hingga akhir, kita tak pernah tahu persis bagaimana perasaan Nishimiya saat dahulu di-bully maupun ketika harus berjumpa lagi dengan para pelakunya setelah SMA. Protagonis utama di sini adalah Ishida, meski antagonis utama (yang mem-bully dia dan Nishimiya) juga bukan dia. Dan itulah yang membuat point of view film ini jadi janggal.
Sejujurnya, saya belum pernah membaca manga-nya, sehingga boleh jadi tak semua gejolak emosi dan latar belakang karakter tergali sempurna dalam film ini. Namun, penggambaran hubungan antara para pelaku bullying dengan korbannya dalam film ini kelihatan nggak natural. Korban bullying mana yang bisa tertawa-tawa diajak hangout bareng pelaku bullying yang bahkan minta maaf padanya saja tidak? Jatuh cintanya Nishimiya pada Ishida pun kelihatan seperti Stockholm Syndrome.
Terlepas dari itu, film ini cukup bernilai di atas rata-rata. Layak sekali bagi Anda untuk meluangkan waktu guna menontonnya.
Review & Trailer Lainnya