10 Kejadian Paling Disesalkan Dalam Sejarah Oscar
Galuh Mustika View: 3880Salah satu isu penting yang melingkupi daftar nominasi Piala Oscar tahun ini adalah tak masuknya Carol dalam kategori Best Picture. Banyak pihak yang mengaku "tak peduli" dengan Oscar bahkan turut melancarkan protes. Ajang penghargaan yang secara resmi dikenal sebagai Academy Awards ini memang tak pernah bebas dari kontroversi setiap tahunnya. Sebagai salah satu penghargaan paling bergengsi yang kerap dianggap sebagai tolak ukur dunia perfilman, Academy Awards memang selalu mendapat sorotan. Setiap daftar pemenang, bahkan nominator sekalipun tak pernah lepas dari pengamatan media, kritikus, juga sineas film.
Selain isu Carol yang masih hangat dibicarakan, ajang Piala Oscar juga mencatatkan beragam hasil yang disesalkan oleh insan perfilman dari masa ke masa. Berikut ini 10 besar kejadian yang oleh sebagian besar pihak dianggap kontroversial:
1. Kekalahan Clark Gable dan Jimmy Stewart (1940)
Tahun 1939 dinilai sebagai salah satu tahun keemasan bagi film-film berkualitas Hollywood. Tak ayal, persaingan ketat pun muncul di berbagai kategori, termasuk dalam daftar nominasi Best Actor. Clark Gable yang memerankan Rhett Butler di Gone with the Wind dan Jimmy Stewart, aktor dibalik tokoh Mr. Smith dalam film Mr. Smith Goes to Washington muncul sebagai kandidat utama yang digadang-gadang bakal membawa pulang Piala Oscar. Namun tak disangka, gelar pemenang justru diraih oleh Robert Donat dari film Goodbye, Mr Chips, yang performanya dianggap tak lebih bagus dari Gable maupun Stewart.
Robert Donat (tengah) dalam Goodbye, Mr. Chips
Akibat kencangnya kritik yang berhembus setelah pengumuman tersebut, rumor menyebutkan bahwa raihan Stewart sebagai aktor terbaik di tahun 1941 merupakan wujud permintaan maaf dari Academy yang tak meloloskannya sebagai pemenang di tahun sebelumnya. Mengapa penghargaan tersebut dinilai cuma sebagai basa-basi Oscar padahal setahun sebelumnya Stewart sangat dijagokan? Alasannya sederhana, peran Stewart di film yang mengantarkannya sebagai aktor terbaik, The Philadelphia Story, dianggap kurang menantang jika dibandingkan dengan peran Mr.Smith yang pernah dibawakannya.
2. Citizen Kane Tak Mendapatkan Best Picture (1942)
Sejak dirilis pada tahun 1941 silam, Citizen Kane telah menjadi sensasi massa yang memancing banyak kontroversi. Film garapan Orson Welles ini kerap dipertimbangkan sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa, namun sejak awal rilisnya selalu dikritik oleh William Randolph Hearst. Hearst memang diketahui sangat menentang peredaran film ini, tak lain karena keberanian Citizen Kane dalam mengisahkan perjalanan hidupnya sebagai tokoh terkemuka di dunia persuratkabaran Amerika Serikat.
Aksi Orson Welles di Citizen Kane. Tak hanya sebagai sutradara, ia juga berperan sebagai aktor, produser, dan penulis naskah dalam film itu.
Hearst yang terang-terangan mengekspresikan ketidaksukaannya pada Citizen Kane berusaha menarik peredarannya di bioskop-bioskop. Usaha ini, ditambah dengan kekuatan Hearst sebagai sosok penting di media, membuat banyak pihak berspekulasi bahwa kekalahan Citizen Kane dalam kategori Best Picture bukan disebabkan karena masalah kualitas, melainkan pengaruh dari Hearst. Anggapan ini bukannya tak berdasar, sebab dalam acara penghargaan saat itu, setiap penyebutan nama "Citizen Kane" selalu mendapat seruan "boo" dari bangku penonton. Pada akhirnya, gelar Best Picture malam itu disabet oleh film yang dianggap "lebih aman", yaitu How Green Was My Valley arahan sutradara John Ford.
3. Kemenangan Grace Kelly (1955)
Dari sekian banyak film kenamaan yang dibintangi Grace Kelly, satu judul tak terduga muncul sebagai film yang mengantarkannya sebagai aktris terbaik. Adalah The Country Girl, film yang kala itu tak banyak di lirik sebagai kontender utama, namun sukses membuat Grace Kelly mendapat kemenangan mengejutkan.
Padahal, hampir semua pihak yakin Judy Garland-lah yang akan mendapat piala Best Actress melalui film A Star is Born. Saking yakinnya, stasiun televisi NBC sampai mengirim krunya ke rumah sakit untuk meliput reaksi Judy Garland yang saat itu baru saja melahirkan. Uniknya, peran yang diambil Garland dan Kelly saat itu hampir sama, yaitu istri seorang aktor yang popularitasnya tengah meredup. Hanya saja, Garland lebih banyak diunggulkan karena penampilannya dalam A Star is Born dinilai sebagai performa paling matang sepanjang karirnya. Tak diragukan lagi, kekalahan Garland dan kemenangan Kelly sangatlah disayangkan. Bahkan Groucho Marx mengungkapkan ini sebagai "perampokan terbesar sejak Brinks*".
4. Coppola Tak Dianugerahi Sutradara Terbaik (1973)
Hampir semua penggemar film mengenal The Godfather dan mengakuinya sebagai salah satu sinema paling legendaris sepanjang masa. Hingga kini, film besutan sutradara Francis Ford Coppola tersebut hampir selalu menduduki jajaran teratas dalam daftar film terbaik bersama Citizen Kane. Namun pengakuan tersebut tampaknya tak diamini oleh Academy dalam hal penyutradaraan.
Sutradara Francis Ford Coppola saat mengarahkan The Godfather
Saat menyutradarai The Godfather, Coppola baru berusia 33 tahun dan banyak diprediksi akan membawa gelar sutradara terbaik. Bukan hanya unggul dari segi kualitas, film tersebut juga mencetak rekor Box Office yang mengesankan. Tapi, alih-alih keluar sebagai yang terbaik dalam kategori Best Director, Coppola mesti rela menahan kekecewaannya saat penghargaan tersebut justru diberikan kepada Bob Fosse yang mengarahkan film Cabaret. Walau demikian, Coppola akhirnya berhasil menang lewat sekuel The Godfather, The Godfather Part II.
5. Chariots of Fire Memenangkan Best Picture (1982)
Nominasi Best Picture selalu mendapat perhatian utama dan banyak diperbicangkan. Chariots of Fire menuai kontroversi setelah memenangkan Best Picture pada gelaran Academy Awards ke-54. Sebabnya tak lain adalah kandidat pesaing yang dianggap lebih layak memperoleh penghargaan ini, yakni Reds.
Salah satu adegan dalam Chariots of Fire
Keluarnya Chariots of Fire sebagai juara memang cukup mengejutkan. Pasalnya, di tahun film tersebut rilis, Hollywood dipenuhi dengan berbagai sinema kelas top seperti Raiders of the Lost Ark, Atlantic City, dan Reds. Tak seorangpun menyangka Chariots of Fire bakal menjadi pemenang, terutama dengan keunggulan Reds dari segala sisi; baik dari segi ide cerita, teknik penceritaan yang inventif, hingga kualitas performa akting.
6. Marisa Tomei Menyabet Gelar Best Supporting Actress (1993)
Kemenangan Marisa Tomei dalam kategori Best Supporting Actress hingga kini masih memunculkan ketidakpercayaan dari berbagai pihak. Walaupun ia tampil meyakinkan dalam film My Cousin Vinny, para pesaingnya dianggap lebih kompeten dan mampu menampilkan performa akting yang lebih baik. Tomei saat itu berkompetisi dengan Vanessa Redgrave dari Howard's End dan Judy Davis yang membintangi Husbands and Wives.
Tak ada pihak yang meramalkan Tomei bakal keluar sebagai juara mengalahkan kedua kompetitornya. Bahkan salah satu kritikus, Red Reex, terang-terangan meyakini dugaan adanya kesalahan penyebutan nama saat pemenang aktris pembantu terbaik diumumkan. Tapi sekeras apapun kritik dan media berpendapat, kenyataan tetaplah kenyataan. Pihak Academy tak pernah bosan mengkonfirmasi keputusan tersebut setiap kali status kemenangan Tomei mulai kembali dipertanyakan.
7. Braveheart Raih Best Picture (1996)
Situs fivethirtyeight.com menobatkan kemenangan Braveheart di tahun 1996 sebagai kejadian paling disesalkan di Oscar dalam 20 tahun terakhir. Anggapan ini didasarkan pada penilaian kritik dan penghargaan-penghargaan lain yang digelar sebelum Oscar di tahun itu. Apollo 13 yang sangat difavoritkan justru tak mampu mengalahkan Braveheart. Tampaknya, Academy menganggap drama Ron Howard tentang misi NASA yang gagal tak cukup kuat bertanding dengan kisah patriotik pejuang Skotlandia yang penuh dengan pertumpahan darah.
8. Saving Private Ryan Gagal Dapatkan Best Picture (1999)
Prestasi Best Director kedua Steven Spielberg di Academy Awards diraih lewat salah satu film Perang Dunia 2 terbaik sepanjang masa, Saving Private Ryan. Namun dibalik kemenangannya kala itu, terselip sebuah kekecewaan yang berasal dari gagalnya film tersebut meraih Best Picture. Dibuka dengan scene pendaratan Normandia yang menakjubkan dan sinematografi mengesankan karya Janusz Kamiński, film ini banyak dijagokan bakal keluar sebagai peraih Best Picture dan Best Director.
Tom Hanks dan Matt Damon dalam Saving Private Ryan
Tapi sayang, gelar Best Picture justru jatuh ke tangan Shakespeare in Love. Persaingan Saving Private Ryan dengan film perang lain saat itu, The Thin Red Line, disebut-sebut sebagai biang keladi kekalahan film yang dibintangi Tom Hanks dan Matt Damon itu.
9. Adrien Brody Dinobatkan Sebagai Best Actor (2003)
Kebolehan Adrien Brody dalam memerankan Wladyslaw Szpilman di film biografi The Pianist memang diakui, namun tak ada yang menduga ia akan mendapat gelar Best Actor dari film tersebut. Wajar saja, daftar nominasi Best Actor saat itu dipenuhi dengan tokoh-tokoh yang lebih veteran seperti Michael Caine, Jack Nicholson, dan Daniel Day Lewis. Aktor paling diunggulkan malam itu adalah Daniel Day Lewis, yang tampil sebagai Bill the Butcher di Gangs of New York.
Adrien Brody dalam The Pianist
Tak pelak, Adrien Brody yang kala itu berusia 29 tahun menyabet gelar aktor terbaik dengan status termuda, bukan hanya dari deretan kompetitornya malam itu, tapi juga dalam sejarah pemenang Best Actor di Academy Awards. Hebatnya, rekor tersebut masih bertahan hingga artikel ini ditulis di awal tahun 2016.
10. Crash Keluar Sebagai Pemenang Best Picture (2006)
Urutan terakhir dari daftar kejadian paling disesalkan di Oscar dihuni oleh Crash, yang oleh berbagai pihak dinilai sebagai film peraih Best Picture terburuk sepanjang masa. Pesan moral yang dibawakan Crash memang berniat baik, namun banyak kritik mempersoalkan penggambaran konflik antar-ras yang terlalu dilebih-lebihkan. Tak hanya permasalahan itu, Crash juga tidak disukai karena berhasil mengalahkan Brokeback Mountain yang dianggap lebih empatis dan artistik. Film arahan Ang Lee tersebut menceritakan kisah percintaan terlarang antara 2 koboi, yang dinilai mampu memuaskan kaum liberal Amerika Serikat saat itu. Ini berhubungan dengan terpilihnya kembali Presiden George W. Bush yang berkampanye menentang pernikahan sesama jenis.
Member Academy yang melakukan vote di tahun itu banyak didominasi oleh golongan tua berkulit putih, yang bisa saja tak cuma konservatif di haluan politik, tapi juga selera film. Banyak analis Oscar berspekulasi bahwa memenangkan Crash di kategori Best Picture merupakan strategi Academy untuk bermain aman. Jika dibanding dengan Crash yang "hanya" mengusung tema rasisme, Brokerback Mountain memang terkesan jauh lebih progresif.
Penilaian setiap individu tentang mana yang terbaik sering berlainan satu sama lain, apalagi jika sudah menyangkut tentang selera. Bagaimana sebuah film, aktor, dan sutradara dianggap lebih baik dari yang lain, mungkin juga ada hubungannya dengan selera. Walaupun Academy telah memiliki standar tertentu, namun tuduhan "bias" kadang tetap saja muncul, terutama setelah ada pengumuman pemenang yang dinilai "tak cukup bagus" untuk membawa pulang piala Oscar.
Kesepuluh daftar kejadian yang ditampilkan di atas bukan lagi kontroversi yang masih simpang siur dan diragukan kebenarannya. Beberapa peristiwa seperti kekalahan Apollo 13 dan kemenangan Crash memang benar-benar diulas oleh hampir semua kritik dan media sebagai hasil yang sangat disesalkan. Lalu, bagaimana menurut Anda sendiri? Setujukah Anda dengan kesepuluh daftar di artikel ini?
*Brinks merujuk pada insiden perampokan Brink di tahun 1950 yang menimbulkan kerugian hingga 2.775 juta USD
Artikel ini diterjemahkan dengan beberapa perubahan dari BBC.com