Review The Gift: Hadiah "Spesial" Dari Masa Lalu

Galuh Mustika View: 4680

"You think you're done with the past, but the past is not done with you" adalah satu kutipan yang paling simbolis dari film besutan Joel Edgerton ini. Dikemas dalam genre suspense thriller, film ini menjanjikan ketegangan dan ending yang tak mudah ditebak.

The Gift dimulai dengan kepindahan Simon dan Robyn, pasangan muda yang ingin memulai hidup baru di California. Tak disangka, mereka bertemu dengan Gordo, seseorang dari masa lalu Simon yang mulai mengusik ketenangan hidup pasutri ini. Awalnya, Gordo tampak berniat baik dan kerap membantu Robyn yang sering ditinggal sendiri oleh suaminya. Ia sering datang dan memberikan hadiah-hadiah spesial. Dari kelakuan Gordo, kita akan mengira bahwa dia adalah teman akrab Simon. Namun keengganan Simon untuk menemui dan bercengkerama dengannya sudah menjadi pertanda awal dari keganjilan-keganjilan yang akan terkupas selanjutnya.

Merasa muak dengan segala perhatian Gordo, terlebih terhadap istrinya, Simon akhirnya meluapkan kekesalannya secara langsung. Dari sinilah mulai muncul kejadian-kejadian aneh sekaligus menegangkan. Gordo menghilang, namun hadiah-hadiah darinya tak berhenti berdatangan. Di saat pasangan ini mulai merasa terancam, sosok Gordo semakin tampak sebagai tokoh antagonis di sini. Namun tunggu dulu, masih ada rahasia lain yang mengungkap semuanya, bukan hanya siapa Gordo sebenarnya, namun juga karakter Simon dan apa yang pernah diperbuatnya di masa lalu. Berhasilkan pasangan ini melalui ancaman dari masa lalu? Siapa Gordo sebenarnya? Dan apa hubungannya dengan Simon?

The Gift

Tidak seperti tipikal film thriller kebanyakan yang dengan jelas menampilkan siapa tokoh baik dan jahat, The Gift mengajak kita bersimpati pada sang pelaku. Ya, setiap tindakan pasti dilatarbelakangi oleh sebuah motif. Hanya saja, aksi Gordo dalam beberapa scene di film ini mungkin akan membuat kita bertanya-tanya kembali; layakkah Gordo mendapat simpati dari penonton? Inilah menariknya The Gift, semua serba abu-abu, kecuali tokoh Robyn yang menjadi satu-satunya korban di sini. Di akhir cerita, semua kembali pada interpretasi penonton, apakah Gordo pantas diprotagoniskan, atau ia memang telah pantas mendapat julukan sebagai penjahat di film ini?

The Gift diperankan oleh Jason Bateman, Rebecca Hall, dan Joel Edgerton sebagai Gordo. Menariknya, film ini juga merupakan proyek pertama dari Edgerton sebagai aktor, sutradara, sekaligus produser. Debut di awal Agustus 2015, film ini mendapat tanggapan positif dari para kritikus, namun tak begitu disambut oleh audiens umum. Hingga review ini dibuat, The Gift masih bertahan dengan skor 93% dari Rotten Tomatoes. Sebaliknya, meski berhasil menutup biaya produksi 5 juta Dolar AS dengan meraup keuntungan Box Office senilai 59 juta USD, penonton tak terlalu positif menanggapi The Gift. Hanya 77% nilai yang diberikan audiens kepada film ini di situs agregator Rotten Tomatoes. Secara keseluruhan, The Gift mendapat pujian dari segi penyutradaan dan plot cerita, namun dikritik karena adegan-adegan mencekamnya yang terkesan klise.

Terlepas dari semua itu, saya sendiri lebih setuju dengan para kritikus. Walaupun klise, adegan-adegan menegangkan yang tersaji di sini sangatlah proporsional. Tak terlalu berlebihan, tak terkesan murahan, namun telah mampu mendukung premise cerita. Tapi tenang saja, tak terlalu banyak scene thriller tidak lantas menjadikan film ini membosankan. Karena didukung oleh plot cerita yang mengalir dengan baik, mengikuti film ini jadi tetap seru. Bagi saya, masa lalu Simon-lah yang membuat film ini layak untuk diikuti hingga akhir. Juga, The Gift menyimpan sebuah kejutan di bagian ending, yang membuat Anda sekali lagi akan terkesan dengan kemampuan si penulis cerita dalam membuat penonton selalu terpaku pada film ini.

Kelemahan dari The Gift mungkin adalah pengembangan karakter Robyn, yang terkesan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Simon dan Gordo. Ia seperti hanya menjadi korban tak berdaya dan penyampai pesan yang tak terlalu signifikan. Walaupun demikian, perubahan sosok Robyn di penghujung film mungkin dapat sedikit memuaskan penonton yang sedari awal telah disuguhi konflik menarik dari Simon dan Gordo. Disamping itu, premise cerita dari film ini juga terkesan kurang menjanjikan. Sudah banyak film dengan tema cerita seperti ini; sepasang suami istri tiba-tiba diteror oleh seseorang dari masa lalu. Tak heran bila The Gift tak terlalu banyak menarik penonton setia. Ini tentu sangat disayangkan mengingat konten The Gift yang layak untuk disejajarkan dengan film kelas A lainnya.

Galuh Mustika

Penggemar film Barat yang doyan nonton segala genre, terutama petualangan dan fantasi. Pengagum karya-karya David Fincher, Christopher Nolan, Guillermo Del Toro, Steven Spielberg, dan Bong Joon-ho. Secara tak terduga juga suka perhatian sama drama dan film Korea. Hasilnya? Still try finding the best of both worlds.

Lihat profil selengkapnya






Artikel Lain
Review Film




Berita Popular




Review Pembaca
ivan menulis "."
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 3: Final Mission >>
kevin menulis "ini di indo perkiraan masuk kapan ya "
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 3: Final Mission >>
Jakli Blythe menulis "katnya bluraynya mau keluar bulan februari lah sekaranh udah maret masih blom kluar juga hadeh"
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 2: End Of Sky >>
Dimas yosua cahyo menulis "Gimana yaa cara nonton high & low yg ini,,  saya penasaran sama kelanjutan film nyaa,,  tolong kasih link plis"
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 2: End Of Sky >>