5 Faktor Penghambat Kesuksesan Ada Apa Dengan Cinta 2

Nadia Sabila View: 11664

Promosi film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) memang sangat gencar. Menjelang rilis tanggal 28 April besok, hampir semua celah iklan dimasukinya, mulai dari iklan di produk air mineral, Google Ads, sampai dengan membuat wadah popcorn di bioskop menjadi bertema AADC 2 sudah dilakukan. Saya kira, sebagian besar pihak - termasuk saya pribadi - memperkirakan sekuel dari film Ada Apa Dengan Cinta tahun 2002 ini akan mengulang kesuksesannya dulu.

Namun perlu diingat, 14 tahun bukanlah waktu yang singkat. Perubahan drastis - dalam hal ini perubahan di dunia perfilman - banyak terjadi dalam rentang waktu 14 tahun.

AADC memang fenomenal, karena ditayangkan pada jaman yang tepat; Ditambah lagi dengan banyaknya "penyambung sementara" dalam bentuk serial-serial AADC, mulai dari versi sinetron, hingga versi mini seri di sosial media. Itulah yang membuat AADC tak terlupakan.

Walaupun demikian, bukan tak mungkin sekuel AADC tak akan sesukses AADC pertama. Mengapa? Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan AADC 2 gagal mengulang kesuksesan AADC 2002.


1. Film Bajakan

Yup, faktor ini saya sebutkan sebagai faktor nomor wahid yang berpotensi menghalangi kesuksesan AADC 2 di bioskop (dan film-film bioskop lain tentunya). Jujur saja, sebagian besar orang Indonesia masih mengandalkan free download walaupun tahu itu dilarang. Selalu ada acara untuk menembus situs-situs piracy yang sudah diblokir. Dibandingkan dengan tahun 2002, jelas bahwa pembajakan film di tahun 2016 ini sudah jauh lebih canggih dan lebih mudah diakses.


2. Terlalu 'Jadul'

Anggap saja target usia penonton AADC 2 adalah usia 17 tahun ke atas. Remaja yang berusia 17 tahun di 2016 ini, masih berusia sekitar 3 tahun saat AADC pertama meledak di pasaran. Apalagi yang usia di bawah 17 tahun saat ini bukan? Balita saat itu tentu tak paham ada apa dengan Ada Apa Dengan Cinta kala itu.

Ya, mereka bisa saja sih tertarik menonton juga karena mendengar cerita dari kakak-kakaknya. Namun mungkin gregetnya tak akan sama dengan kita yang sempat merasakan "hegemoni" AADC sampai-sampai membentuk geng bersama teman-teman sekolah kita dengan formasi yang sama dengan geng Cinta.


3. Itu 'Kan Masa Lalu

Yang sempat merasakan booming AADC pun saat ini tentu sudah dewasa dan kemungkinan sudah mempunyai kesibukan yang lebih merepotkan dibanding kesibukan di tahun 2002 silam. Ada yang sudah sibuk mengurus anak-anak, ada yang sudah sibuk dengan karir, ataupun alasan-alasan lainnya yang membuat mereka sudah malas berangkat ke bioskop hanya untuk sejenak bernostalgia mengenang zaman-zaman "pecahkan saja gelasnya biar ramai". Tak semua orang beruntung bisa berkumpul secara utuh seperti jaman sekolah dulu.

aadc_2
Selain itu, bisa juga tak mau menonto karena punya kenangan buruk dengan pasangan saat AADC heboh di tahun 2002. Orang-orang yang trauma semacam ini juga bisa dimasukkan sebagai faktor mengapa AADC 2 tidak akan sesukses AADC pertama. (Baca juga: Soundtrack AADC 2 Saingi Hello Adele)


4. Ceritanya Sudah Terlalu 'Mainstream'

Beruntunglah Mira Lesmana dkk. yang merilis film AADC di tahun yang tepat, sekaligus mempelopori bangkitnya filmya Indonesia di awal 2000-an menyusul kesuksesan Petualangan Sherina. Terlambat 2 atau 3 tahun saja mungkin nasib AADC akan berbeda.

Mari kita tilik kembali, jika dipikirkan sekarang, plot cerita AADC 2002 sebetulnya biasa saja. Tapi memang sih, pada tahun itu saya juga menyukai cerita AADC karena saya masih SMP dan film Indonesia yang menceritakan konflik asmara cewek populer dengan cowok pendiam masih jarang. Tapi bagaimana dengan tahun 2016 ini? Wah, sudah tak terhitung "film teenlit" semacam AADC pertama yang jalan ceritanya jauh lebih seru bukan?

Dari situlah, kalaupun adik-adik kita sudah menonton AADC 1, ada kemungkinan mereka tak begitu tertarik melanjutlan ke AADC 2 karena di jaman mereka sekarang sudah banyak drama romansa yang lebih mempesonakan bagi mereka.


5. Banyaknya Jomblo

Lho kok jomblo? Ehm, ini sih faktor subyektif ya! Dalam tagline promosinya di berbagai banner di internet, AADC 2 gencar menanyakan hal-hal yang mengusik jiwa-jiwa jomblo seperti "Sudah ajak siapa untuk nonton AADC 2?" atau "Nonton AADC 2, masa sendirian saja?". Karena tersinggung (untuk yang sangat sensitif), mungkin mereka jadi enggan menontonnya atau karena tidak ada yang diajak nonton, jadi mereka lebih memilih untuk tak menonton saja sekalian. Bukan begitu?

Nadia Sabila

Mantan anggota teater di kampus dan suka menonton film animasi Barat, drama, komedi, dan sci-fi. Meski bertampang sangar, ia kurang berminat pada film yang banyak mengandung adegan-adegan mengagetkan dan sadis. Kadang suka salah fokus lebih memperhatikan soundtrack-nya daripada film-nya.

Lihat profil selengkapnya






Artikel Lain
Review Film




Berita Popular




Review Pembaca
ivan menulis "."
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 3: Final Mission >>
kevin menulis "ini di indo perkiraan masuk kapan ya "
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 3: Final Mission >>
Jakli Blythe menulis "katnya bluraynya mau keluar bulan februari lah sekaranh udah maret masih blom kluar juga hadeh"
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 2: End Of Sky >>
Dimas yosua cahyo menulis "Gimana yaa cara nonton high & low yg ini,,  saya penasaran sama kelanjutan film nyaa,,  tolong kasih link plis"
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 2: End Of Sky >>